Kali ini saya mau cerita yang mungkin menurut temen2 (kalo ada yang baca) mungkin gak begitu penting. Hehehe.
Dulu setelah alm.Ibu saya meninggal, saya mengikuti test untuk menjadi karyawan BP*S. Saat itu saya sangat berharap agar bisa lolos karena pada saat itu saya berfikir untuk mencari pekerjaan yg memang membutuhkan kualifikasi pendidikan yg sesuai dengan saya dan gajinya lebih besar dari pekerjaan saya sebelumnya.
Saat itu BP*S menggunakan vendor yang bagi saya tidak profesional. Bukan karena saya tidak lolos yang menyebabkan saya mengatakan vendor X tersebut tidak profesional. Saya dan hampir seluruh temen2 seperjuangan juga berpendapat yang sama. Bahkan dari awal2 rekrutmen sudah menunjukkan kekurangannya. Beberapa diantaranya yaitu para karyawannya tidak tepat waktu dengan jadwal test yang sudah mereka tetapkan sendiri, mempublish tempat test semalam sebelumnya jam 20.00 an (bayangkan bagi orang yang belum tau tempat test, tidak bisa survey), dan lain-lain (banyaaakkk). Sebenarnya hal paling aneh yang saya temui yaitu peserta test yang tidak lolos TPA di Senayan, tapi diumumkan lolos dan berhak ikut test komputer. Test komputer dilaksanakan bagi pelamar yang lolos psikotest. Jadi urutan tahapannya: seleksi administrasi - TPA - Psikotest & Interview Psikolog - Tes Komputer - Interview User - Tes Kesehatan. Peserta test tersebut tidak pernah ikut psikotest (karena ga lolos TPA) tapi ditelfon dan sms panitia bahwa dia lolos psikotest dan berhak tes komputer. Nah lohhhh... Aneh ya...
Saya sih awalnya masih gemes aja sama kinerja vendor tersebut. Tapi makin lama ya masa bodoh juga, toh saya sudah dinyatakan tidak lolos psikotest. Saya menunggu saja hikmah apa yang berguna bagi saya. Saya percaya apapun yang terjadi walaupun itu kegagalan, pasti ada hikmahnya. Hanya saja kita belum tau dan paham hikmah apa yang terselip dari kejadian tersebut.
Kemarin saya berkomunikasi via bbm dengan salah satu teman saya yang lolos BP*S (sebut saja nama temanku Adel). Si Adel mendapat penempatan di luar Jakarta yaitu di daerah Jawa Barat yang bagi saya itu jauh (bukan yang deket2 macemnya Depok, Bekasi, atau Bogor). Dalam hati saya, bila saya diizinkan lolos dan mendapat penempatan yg jauh dari Jakarta, bagaimana jadinyaa? Kalo tidak ada saya, siapa yang menyediakan makanan buat Bapak dan lainnya (baik itu masak ataupun beli makanan mateng). Ya mungkin kalo memang bener2 tidak ada saya, terpaksa anggota keluarga yang lain (mau ga mau).
Pertanyaan lain dalam hati saya ke Adel, bagaimana kalau memang mendapat penempatan di Jakarta, kan enak? Tapi kata Adel kalo penempatan di Jakarta, rata-rata pulang paling cepet itu setelah Maghrib. Tapi keseringan pulang setelah jam 8 malam. Kalo lembur bisa sampe tengah malam. Pembayaran lembur pun tidak serentak dipenuhi, tergantung cabang dimana ia ditempatkan dan masing2 kebijakan. Haahhh? Berarti itu sama saja saya bekerja di bank. Andaikan saya lolos pun, saya akan berkeberatan kalo ditempatkan di luar Jakarta, dan bila ditempatkan di Jakarta pun, saya agak berkeberatan bila selalu pulang malam.
Apa mungkin ini salah satu hikmah bagi saya pribadi ya? Wallahu alam.
No comments:
Post a Comment