Ada salah satu dampak kenaikan BBM yang gue rasain pagi ini. Ga terlalu besar sih, cuma bikin jengkel aja. Ceritanya pagi tadi gue beli donat serebuan yg biasanya ditemenin sama bakpao (bakpao abal2 yg serebuan juga). Biasanya tuh, gw beli donat ama bakpao, semuanya ditaburin sama gula halus. Abangnya ga protes. Ehh semenjak BBM naik jadi Rp.8500,- gw beli donat sama bakpao, bakpaonya ga boleh ditaburin gula, cuma donat doang yg boleh ditaburin. Gue bilang, "Lah, biasanya saya kalo beli, bisa kok bakpaonya sekalian dikasih gula". Jawabnya, "Sekarang ga bisa Neng!.
Ngebetein banget tuh abang2. Besok2 gw ga bakalan mau beli donat sama tuh orang. Gula sejimpit doang padahal... Hahahaha...
Friday, November 21, 2014
Wednesday, November 19, 2014
Ceritaku Mengejar Tanda Tangan
Assalamualaikum wr.wb. Sebebernya udah minggu lalu mau ngeblog dan cerita ttg aktifitas gw yg "biasa" aja ini. Hehehehe... Berhubung pake Opera Mini malah ga bisa akses blogger.com, jadinya tertunda deh.
Ceritanya, keluarga dari nyokap gw lagi ada urusan tanah di kampung nyokap, sebut saja Kampung Z. Oleh karena Ibu telah tiada, maka pengacara pihak kami butuh "Surat Keterangan Ahli Waris". Dibuatlah draft isi surat tersebut oleh pengacara tsb, saya tinggal "mengejar" TTD Kakak, Adik sebagai "si pembuat keterangan" dan TTD Ketua RT, RW, Lurah, dan Camat. Pikirku saat itu, "Ihhhh... MALES BGT... RIBETTTT".
Draft surat tersebut sampailah ke rumah Om saya yg satu kota dengan saya. Lalu ia mengantarkan langsung ke rumah dan menjelaskan duduk perkaranya, saya diminta bantuan untuk TTD ini itu. Yahhh, oleh karena ini untuk keluarga besar yg ada di Kota Z, mau ga mau saya harus bergerak walaupun ribet. Kalo untuk TTD kakak adik gampang, tetapi kalo untuk para pejabat itu yg ribet.
Pas ke rumah Pak RT (sampai 3x karena ga ada di tempat) dan ke rumah Pak RW (alhamdulillah ada pas sekali kunjungan) masih aman. Lain halnya pas "berkunjung" ke Kantor Lurah dan Kantor Kecamatan, ternyata ada pelajaran yang bisa dipetik. Salah satunya yaitu ketelitian.
Pertama, datang ke Kantor Lurah hanya membawa draft surat keterangan, KTP saya, Kartu Keluarga, fotokopi surat keterangan kematian alm.Ibu. Saat sampe di kantor Lurah, saya langsung menuju ke lantai 2, ruangan beliau langsung. Tidak terlalu lama menunggu beliau pulang upacara di Kantor Kecamatan, saya pun mengutarakan maksud kedatangan untuk apa. Beliau baca dengan seksama dulu ternyata dan juga ingin lihat bukti ini itu di kalimat yg ada di draft tersebut. Awalnya saya fikir, Kartu Keluarga bisa "merangkum" penjelasan anak2 almarhum siapa2 saja.
Secara agak rincinya seperti ini:
1. Ada keterangan: "...Almarhumah Ibu XXXXXX yang bertempat tinggal terakhir di XXXXXXXX...". Saya wajib memperlihatkan Surat Keterangan Kematian.
2. Ada keterangan: "....Bahwa dari perkawinan Almarhumah Ibu XXXX dengan Suaminya yakni XXXXX...". Saya wajib memperlihatkan Surat Nikah orang tua (boleh fotokopi). Fikir saya, apa berarti Kartu Keluarga belum cukup membuktikan bahwa Ibu dan Bapak telah sah menikah ya? Hehehehe.
3. Ada keterangan: "...telah dilahirkan X orang anak yakni XXXX...". Saya wajib memperihatkan KK dan Akta Kelahiran setiap anak (saya, kakak, adik).
Draft yg diajukan ada beberapa rangkap (intinya ada 8 kolom TTD) dengan 4 TTD dari isi surat keterangan yg sama. Sedangkan 4 TTD lain dengan isi surat keterangan berbeda yg intinya disitu tercantum nama-nama Saudara almarhum Ibu saya. Pak Lurah mengatakan hal itu bukan kewenangannya, jadi saya fikir benar juga. Bagaimana bisa Pak Lurah mengecek keluarga lain yg bukan warganya, apalagi di luar kota seperti itu. Oke, Bapak teliti juga. Ternyata tidak semua pengacara itu selalu mengerti detail setiap kata2 yg ia tulis dalam draftnya perlu atau tidak.
Keesokan paginya saya menuju ke kantor Kecamatan. Disini juga saya lebih paham lagi mengenai pentingnya ketelitian.
Sampai sekretariatnya, dibaca teliti lagi dan keberatan untuk dimasukkan ke ruangan Pak Camat. Takut kesalahan katanya. Udah tau salah, masih saja berani disodorkan TTD ke Bos. Istilahnya seperti itu.
Kesalahan-kesalahan yaitu dari judulnya saja sudah salah, bukan "Surat Keterangan" tapi "Surat Pernyataan". Selain itu di dalam draft tersebut tercantum mengenai tanah yang dimaksud, misalnya luas tanah, alamat, dll. Sekarang logikanya, bagaimana bisa Pak Camat dan karyawannya mengecek kebenaran informasi tanah tersebut. Wewenang beliau kan masalah kependudukan. Seharusnya tidak usah dicantumkan mengenai tanah, tetapi cukup siapa2 saja anak almarhumah. Satu lagi salahnya, surat keterangan tidak bisa rangkap 4 (asli semua). Seharusnya asli TTD cukup 1, sisanya legalisir.
Bagus juga ya ketelitiannya sekretariat Pak Camat. Hehehehe.
Ceritanya, keluarga dari nyokap gw lagi ada urusan tanah di kampung nyokap, sebut saja Kampung Z. Oleh karena Ibu telah tiada, maka pengacara pihak kami butuh "Surat Keterangan Ahli Waris". Dibuatlah draft isi surat tersebut oleh pengacara tsb, saya tinggal "mengejar" TTD Kakak, Adik sebagai "si pembuat keterangan" dan TTD Ketua RT, RW, Lurah, dan Camat. Pikirku saat itu, "Ihhhh... MALES BGT... RIBETTTT".
Draft surat tersebut sampailah ke rumah Om saya yg satu kota dengan saya. Lalu ia mengantarkan langsung ke rumah dan menjelaskan duduk perkaranya, saya diminta bantuan untuk TTD ini itu. Yahhh, oleh karena ini untuk keluarga besar yg ada di Kota Z, mau ga mau saya harus bergerak walaupun ribet. Kalo untuk TTD kakak adik gampang, tetapi kalo untuk para pejabat itu yg ribet.
Pas ke rumah Pak RT (sampai 3x karena ga ada di tempat) dan ke rumah Pak RW (alhamdulillah ada pas sekali kunjungan) masih aman. Lain halnya pas "berkunjung" ke Kantor Lurah dan Kantor Kecamatan, ternyata ada pelajaran yang bisa dipetik. Salah satunya yaitu ketelitian.
Pertama, datang ke Kantor Lurah hanya membawa draft surat keterangan, KTP saya, Kartu Keluarga, fotokopi surat keterangan kematian alm.Ibu. Saat sampe di kantor Lurah, saya langsung menuju ke lantai 2, ruangan beliau langsung. Tidak terlalu lama menunggu beliau pulang upacara di Kantor Kecamatan, saya pun mengutarakan maksud kedatangan untuk apa. Beliau baca dengan seksama dulu ternyata dan juga ingin lihat bukti ini itu di kalimat yg ada di draft tersebut. Awalnya saya fikir, Kartu Keluarga bisa "merangkum" penjelasan anak2 almarhum siapa2 saja.
Secara agak rincinya seperti ini:
1. Ada keterangan: "...Almarhumah Ibu XXXXXX yang bertempat tinggal terakhir di XXXXXXXX...". Saya wajib memperlihatkan Surat Keterangan Kematian.
2. Ada keterangan: "....Bahwa dari perkawinan Almarhumah Ibu XXXX dengan Suaminya yakni XXXXX...". Saya wajib memperlihatkan Surat Nikah orang tua (boleh fotokopi). Fikir saya, apa berarti Kartu Keluarga belum cukup membuktikan bahwa Ibu dan Bapak telah sah menikah ya? Hehehehe.
3. Ada keterangan: "...telah dilahirkan X orang anak yakni XXXX...". Saya wajib memperihatkan KK dan Akta Kelahiran setiap anak (saya, kakak, adik).
Draft yg diajukan ada beberapa rangkap (intinya ada 8 kolom TTD) dengan 4 TTD dari isi surat keterangan yg sama. Sedangkan 4 TTD lain dengan isi surat keterangan berbeda yg intinya disitu tercantum nama-nama Saudara almarhum Ibu saya. Pak Lurah mengatakan hal itu bukan kewenangannya, jadi saya fikir benar juga. Bagaimana bisa Pak Lurah mengecek keluarga lain yg bukan warganya, apalagi di luar kota seperti itu. Oke, Bapak teliti juga. Ternyata tidak semua pengacara itu selalu mengerti detail setiap kata2 yg ia tulis dalam draftnya perlu atau tidak.
Keesokan paginya saya menuju ke kantor Kecamatan. Disini juga saya lebih paham lagi mengenai pentingnya ketelitian.
Sampai sekretariatnya, dibaca teliti lagi dan keberatan untuk dimasukkan ke ruangan Pak Camat. Takut kesalahan katanya. Udah tau salah, masih saja berani disodorkan TTD ke Bos. Istilahnya seperti itu.
Kesalahan-kesalahan yaitu dari judulnya saja sudah salah, bukan "Surat Keterangan" tapi "Surat Pernyataan". Selain itu di dalam draft tersebut tercantum mengenai tanah yang dimaksud, misalnya luas tanah, alamat, dll. Sekarang logikanya, bagaimana bisa Pak Camat dan karyawannya mengecek kebenaran informasi tanah tersebut. Wewenang beliau kan masalah kependudukan. Seharusnya tidak usah dicantumkan mengenai tanah, tetapi cukup siapa2 saja anak almarhumah. Satu lagi salahnya, surat keterangan tidak bisa rangkap 4 (asli semua). Seharusnya asli TTD cukup 1, sisanya legalisir.
Bagus juga ya ketelitiannya sekretariat Pak Camat. Hehehehe.
Tuesday, November 18, 2014
Mengantar Bapak Periksa ke RS.X
Hari ini gw undur jadwal gw untuk jalan pagi ke TMII karena rencana mau anter bokap ke salah satu rumah sakit. Ya sekalian cari alasan lain selain malas. Hehehe..
Sekitar pukul 8.30 mulai berangkat naik motor. Alhamdulillahnya ga terlalu macet. Gue berangkat ke RS ini juga perlu persiapan, yaitu persiapan mental. Persiapan itu perlu karena banyak kenangan gw di RS ini bareng almarhum nyokap gw baik itu saat2 sehat maupun saat2 sakit.
Waktu gw masih kerja, gw anter pagi2 sampai depan RS... Terus gw tinggal gawe. Itu waktu nyokap masih bisa jalan. Lambat laun, semakin lama ibu udah lemes kakinya.
Saat saat terakhir gw ke rumah sakit bareng ibu yaitu saat Ibu kontrol ke RS ini. Sebelum2nya kalau kontrol di RS pusatnya. Oleh karena sebenernya istri pensiun PT.X golongan X, dapet fasilitas kesehatannya ya di RS ini. Ini kontrol terakhir almarhum ibu ternyata.
Hari Jumat itu, kami berempat, yaitu gw, Ibu, Bapak, dan pramurkti ke RS.X ini menuju ke 3 poli yang dirujuk dari poli umum. Singkat cerita, salah satu obat tidak tersedia dan bisa diambil 3 hari kmudian (hari Senin). Aku berniat menunggu saya sendiri obat itu, sedangkan Ibu dan lainnya pulang duluan. Ibu berucap seperti ini, "Pulang aja sekarang, obatnya gapapa diambil hari Senin" (intinya bilang seperti itu). Aku bilang gapapa Bu, aku tunggu aja, Ibu pulang langsung gapapa sama Bapak. Tapi sebelum pulang, kita tanya ke Apotok ternyata memang obatnya tidak tersedia hari ini, harus dipesan dulu. Ya sudah, akhirnya kita pulang bareng berempat lagi.
Ternyata, obat tidak juga diambil hari Senin karena Minggu paginya Ibuku sudah tiada. Innalillahi wainna ilaihi raji'un.
Hemmmm, memang sulit melupakan memori tentang Ibuku sendiri. Wanita pertama yang paling aku sayang dan cintai. Yahhhhh, memang fisik sudah tidak disini, tapi terus ada di hati.
Btw, Bapakku berangkat dari jam 8.30 sampai jam 14.30 belum juga pulangg...
Sabarrr ya Pak... Hehehehehe...
Sekitar pukul 8.30 mulai berangkat naik motor. Alhamdulillahnya ga terlalu macet. Gue berangkat ke RS ini juga perlu persiapan, yaitu persiapan mental. Persiapan itu perlu karena banyak kenangan gw di RS ini bareng almarhum nyokap gw baik itu saat2 sehat maupun saat2 sakit.
Waktu gw masih kerja, gw anter pagi2 sampai depan RS... Terus gw tinggal gawe. Itu waktu nyokap masih bisa jalan. Lambat laun, semakin lama ibu udah lemes kakinya.
Saat saat terakhir gw ke rumah sakit bareng ibu yaitu saat Ibu kontrol ke RS ini. Sebelum2nya kalau kontrol di RS pusatnya. Oleh karena sebenernya istri pensiun PT.X golongan X, dapet fasilitas kesehatannya ya di RS ini. Ini kontrol terakhir almarhum ibu ternyata.
Hari Jumat itu, kami berempat, yaitu gw, Ibu, Bapak, dan pramurkti ke RS.X ini menuju ke 3 poli yang dirujuk dari poli umum. Singkat cerita, salah satu obat tidak tersedia dan bisa diambil 3 hari kmudian (hari Senin). Aku berniat menunggu saya sendiri obat itu, sedangkan Ibu dan lainnya pulang duluan. Ibu berucap seperti ini, "Pulang aja sekarang, obatnya gapapa diambil hari Senin" (intinya bilang seperti itu). Aku bilang gapapa Bu, aku tunggu aja, Ibu pulang langsung gapapa sama Bapak. Tapi sebelum pulang, kita tanya ke Apotok ternyata memang obatnya tidak tersedia hari ini, harus dipesan dulu. Ya sudah, akhirnya kita pulang bareng berempat lagi.
Ternyata, obat tidak juga diambil hari Senin karena Minggu paginya Ibuku sudah tiada. Innalillahi wainna ilaihi raji'un.
Hemmmm, memang sulit melupakan memori tentang Ibuku sendiri. Wanita pertama yang paling aku sayang dan cintai. Yahhhhh, memang fisik sudah tidak disini, tapi terus ada di hati.
Btw, Bapakku berangkat dari jam 8.30 sampai jam 14.30 belum juga pulangg...
Sabarrr ya Pak... Hehehehehe...
Subscribe to:
Posts (Atom)