Thursday, June 11, 2015

Ramadhan Tahun 2014 yang "Unpredictable".



Nggak terasa sebentar lagi akan datang bulan Ramadhan di tahun 2015 ini. Rasanya belum lama ini deh Ramadhan tahun 2014. Gue mau sedikit cerita tentang Ramadhan tahun lalu, dimana menurut gue adalah Ramadhan yang hari-harinya bervariatif dan unpredictable. Sepertinya satu-satunya Ramadhan saat gue tidak bernah shalat tarawaih di masjid atau mushala (berjamaah) seperti tahun tahun sebelumnya. Kenapa? Unpredictable, yup.

Saat – saat itu merupakan saat saat almarhum nyokap sakit dengan kondisi 100% perlu bantuan dalam menjalani kesehariannya. Itulah mengapa gue lebih memilih fokus ke Ibu. Kalaupun memang saya berdosa karena tidak memanfaatkan Ramadhan dengan beribadah dengan baik, biarlah itu menjadi resiko gue.

Keseharian dalam menjalani bulan Ramadhan pun bervariasi. Beberapa hari gue menjalani puasa di Jogja dan shalat tarawih hanya di rumah tanpa berjamaah. Saya merasakan meriahnya suasana Jogja saat menjelang buka puasa, tetapi hati saya tidak bisa full senang merasakan moment – moment itu. Selain itu, beberapa hari saya menjalani Ramadhan di salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan. Saat sahur gue dan terkadang dengan kakak gue pergi ke depan RS untuk sahur di mobil penjual masakan sahur. Kami sahur di pinggir jalan. Pengalaman pertama kali saya sahur dengan keadaan seperti ini. Pernah sahur dengan mantan makanan beku di Circle-K. Hhahaha. Unik.

Yup saat saat itulah Ramadhan terakhir yang gue habiskan bersama dengan Ibu walaupun dengan unpredictable conditions.  Semoga kami sekeluarga selalu bisa memperoleh keberkahan Ramadhan dengan keadaan sehat walafiat. Aamiin.

Wednesday, June 10, 2015

Mencoba Peruntungan Memperoleh Hak

Hari ini gue memilih untuk ngantor dengan jam yang “normal”. Maksud kata normal disini yaitu berangkat jam 6.30 WIB dari rumah supaya sampai sana sekitar pukul 7.30an WIB. Kenapa? Karena gue mau melakukan aktifitas di Kantor A dulu sebelum beraktifitas di Kantor B. Aktifitas yang dimaksud yaitu proses untuk memperjuangkan hak gue yang mungkin bagi orang lain itu tidak terlalu penting, yaitu uang lembur. Ha ha ha ha ha ha..

Intermezo dulu ya. Jadi, gue berkantor di 2 tempat yaitu kantor A dan kantor B. Jarak antar kedua kantor ini tidak terlalu jauh. Kantor A merupakan kantor asal gue tetapi bukan sebagai penempatan, sedangkan kantor B merupakan kantor penempatan dan tetep gue harus mengikuti peraturan dan budaya di kantor B. Menurut gue, budaya di kedua kantor ini cukup berbeda, salah satunya mengenai peraturan lembur. Kalau di kantor A, yang gue tau dari dulu yaitu uang lembur hanya diberlakukan bagi karyawan yang berstatus sebagai sekretaris saja. Memang sih agak terlihat wajar karena para sekretaris biasanya pulang menunggu bosnya pulang, dimana kegiatan bos itu terkadang unpredictable dan lebih sering sampe di luar jam kerja. Jadi, peraturan sebelumnya yaitu karyawan selain sekretaris, tidak dibayarkan lemburya. Berbeda kondisinya dengan kantor B, dimana semua karyawan bila memang lembur akan dibayarkan dengan prosedur yang telah ditetapkan. Bagaimana dengan gue yang mengikuti jam kerja kantor B tetapi mengikuti peraturan SDM dari kantor A. Agak tidak adil rasanya.

Beberapa hari sebelumnya saya ada keperluan dengan salah satu staf SDM kantor A. Kebetulan di ruangan itu ada kepala SDM dan ingin ngobrol sebentar dengan gue. “Kebetulan!”, gumam gue dalam hati. Maksudnya kebetulan pengen sharing tentang lembur, alias ngeluh. Hahaha. Pembicaraan utama dia sih ngasih tau kalau sebenernya mantan bos gue pengen gue balik lagi sama dia tetapi nggak “diizinkan” sama SDM karena kerjaan gue yang saat ini kerjain, butuh orang, dan kepala SDM-nya mempercayakan kepada gue. Okelah sebenernya gue ditempatkan dimana pun akan hayuk aja terkecuali jadi “babu” orang nomor 1 di kantor A. Kalo posisi tersebut gue gak mau. Hahaha. Pembicaraan lainnya yaitu tentang lembur. Gue ngeluh bahwa jam kantor di kantor B nggak bisa tenggo seperti kantor A. Alhamdulillahnya kepala SDM itu bilang “coba ajuin aja permohonan lembur dan buat ST”. Wahh, ini kesempatan gue buat memperoleh hak gue. Gue tanya ke salah satu staf SDM yang ngurusin lembur, katanya coba ajuin segera karena akan di cut off tanggal 10 Juni.

Proses paraf – paraf sampai mendapat TTD atasan gue membutuhkan waktu yang nggak sebentar karena para atasan yang sibuk. Jadilah tanggal 9 itu surat baru bisa diTTD atasan gue. Tanggal 9 kemarin gue ke kantor A dulu sampe urusan perjuangan hak ini selesai.

1. Pertama-tama ngecek nomor surat ST, apakah sudah dinomori atau belum sama “petugas back date”. Haha. Alhamdulillah sudah. Oke.
2. Kedua, ambil surat permohonan yang sudah diTTD atasan melalui sekretarisnya.
3. Ketiga, input data surat tersebut online untuk mendapatkan nomor surat. Setelah dapet nomor, dicap tanggal discan, dicopy, cap perusahaan.
4. Keempat, pergi ke gedung sebelah untuk mengadendakan surat tersebut sebagai surat masuk dan nanti akan diberi kertas agenda untuk didisposisikan. Kebetulan petugasnya “rajin” banget, jadi gue perlu nunggu lama sekali untuk berhasil mendapatkan nomor agenda. Huftt.... Rajin banget memang petugas disitu... *berbanding terbalik*
5. Kelima, balik lagi ke gedung sebelumnya hanya untuk mendapatkan paraf dan disposisi dari salah satu Manajer. Oleh karena surat sejenis ini sudah rutin, jadi tidak perlu paraf langsung dari sang Manajer, cukup catatan disposisinya dari sekretaris Manajer ke Kepala SDM. Kebetulan sekretarisnya telat datengnya, jadinya nunggu dulu deh. Nggak papalah demi lembur.
6. Keenam, dapet paraf kembali lagi gue ke gedung sebelumnya karena kepala SDM ada di gedung itu. Surat tersebut gue serahin deh copyannya ke staf lebur dan surat asli ditaruh di meja kepala SDM. Alhamdulillah rangkaian ini selesai sebelum tanggal 10. Kita lihat gaji bulan ini, apakah diapprove atau tidak lemburan gue. Semoga Ya Allah...

 Sekian perjuangan gue pagi ini. Kalo loe?? Hehehe